Kebimbangan (Renungan Pagi: 27 Januari 2018)
Written by Radio Montini on Januari 26, 2018
Hidup dalam kebimbangan membuat manusia tersiksa baik secara batiniah pun juga lahiriah. Tak dapat dipungkiri bahwa kebimbangan sering menggerogoti hati setiap insan. Kebimbangan menusuk hati nurani sehingga menjadi luka yang mendalam. Kebimbangan melunturkan motivasi yang membuat kita tenggelam dalam jurang kebinasaan dan membuat kita jatuh pada kesimpulan yang bablas atas pengertian tanpa alasan. Kebimbangan cenderung membuat orang menjadi galau atau stress; dan dalam konteks sekarang ini, galau dapat dipandang setara dengan kebimbangan. Sedangkan dalam konteks hidup panggilan, baik panggilan hidup berkeluarga maupun panggilan hidup selibat, kebimbangan dipandang sebagai suatu tantangan. Ketika orang mendapatkan permasalahan hidupnya, itulah saat dimana orang ditantang apakah ia sanggup menghadapinya atau tidak. Tak jarang juga bahwa kebimbangan menjadikan orang pasrah pada keadaan dan membuatnya menjadi lupa, menjauh bahkan berpaling dari kehendak Sang Ilahi.
Bacaan-bacaan hari ini mengajak kita untuk merenungkan 3 hal. Pertama, pilihan. Situasi kebimbangan sering membuat orang jatuh pada 2 pilihan; menghadapinya atau melarikan diri. Jika orang percaya bahwa Allah selalu setia menyertainya, maka sudah semestinya usaha untuk menyelesaikannya adalah bentuk nyata atas kepercayaan tersebut. Kedua, janji. Konsekuensi dari sebuah pilihan ialah janji. Setelah orang berani mengatakan “ya” pada pilihannya, serentak juga ia berjanji untuk setia pada pilihannya. Ketiga, komitmen. Setiap pilihan melahirkan tekad untuk menjalankannya. Jadi, dengan janji yang terucap, ia berjuang untuk setia dengan pilihannya. Sementara, komitmen yang besar, membuat orang mencoba untuk membangun lingkungan yang baru, suasana yang baru untuk berpegang teguh pada apa yang ia pilih itu.
Tiga hal ini menjadi tolok ukur untuk bahan permenungan kita mengapa ada kebimbangan kalau kita tahu Tuhan di pihak kita. Yesus menegur para murid karena keraguan dan kebimbangan mereka. Padahal mereka telah cukup lama mengenal Yesus. Kata-Nya: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Ungkapan Yesus hendak memberi penegasan bahwa manusia yang percaya sekalipun mudah goncang imannya bila menghadapi kesulitan dan masalah. Apalagi bila ia mulai mengandalkan diri sendiri untuk menyelesaikannya, maka kehancuran berada di depan mata. Daud menjadi contoh atas ketamakan hidup dan pada akhirnya menyesali perbuatannya. Transparansi pada pilihan, setia pada janji, dan berpegang teguh pada komitmen, membuat kebimbangan menjauh dari hidup kita.