Kesadaran Akan Masalah Kesehatan Mental; Hari Kesehatan Mental Sedunia 2024 dan Sejarahnya
Written by Kristiane Pangemanan on Oktober 11, 2024
Montiniradio.com – Saat ini kesehatan mental seseorang semakin menjadi perhatian, mengingat banyaknya permasalahan kehidupan yang terjadi sehingga berdampak pada kesehatan mental mereka. Karena pentingnya kesehatan mental seseorang membuat Federasi Kesehatan Mental Dunia (World Federation for Mental Health) menetapkan setiap tanggal 10 Oktober sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia (World Mental Health Day), yang diperingati setiap tahun. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran akan masalah kesehatan mental di seluruh dunia, memobilisasi upaya untuk mendukung kesehatan mental, dan mengurangi stigma yang ada.
Tema resmi Hari Kesehatan Mental Sedunia 2024 yang ditetapkan oleh Federasi Kesehatan Mental Dunia adalah “Sudah saatnya memprioritaskan kesehatan mental di tempat kerja”, dimana tema ini menekankan pentingnya menangani kesehatan mental dan kesejahteraan di tempat kerja, demi kepentingan individu, organisasi, dan masyarakat, dikutip dari laman resmi Mental Health.
Membicarakan mengenai kesehatan mental sangat penting bagi kita karena dapat membantu mengatasi berbagai persoalan kehidupan dengan lebih baik lewat sharing dengan orang-orang terdekat baik itu keluarga, sahabat, rekan kerja ataupun siapa saja yang kita percaya. Banyaknya waktu yang dihabiskan untuk bekerja diharapkan tempat kerja tersebut mendukung kesehatan mental dan membantu para pekerjanya memperoleh manfaat kesehatan mental dari pekerjaannya sekaligus bisa mengurangi dampak negatifnya.
Dalam rangkaian peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia 2024, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengadakan diskusi dan edukasi mengenai kesehatan jiwa. Menurut Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) Imran Pambudi, untuk tema nasionalnya yang diusung adalah Bekerja Cerdas dengan Sehat Jiwa Menuju Indonesia Emas Tahun 2045. Adapun subtema nasionalnya adalah Mental Kuat Pekerja Hebat – Produktivitas Meningkat, Mental Health Matters at Work dan Sehat Jiwa Modal Kerja Produktif. “Jadi memang tahun ini di global fokusnya kepada mental health in workplace,” ujar Imran dalam temu media di Jakarta, Rabu (2/10/2024).
Meskipun pembahasan tentang kesehatan mental di tempat kerja sudah menjadi hal yang umum, tetapi masih banyak orang yang menghadapi stigma terkait masalah kesehatan mental yang serius. Berarti masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengatasi stigma kesehatan mental di tempat kerja. Tekanan pekerjaan dan lingkungan kerja yang tidak sehat menjadi salah satu pemicu yang bisa mempengaruhi kesehatan mental pekerja sehingga berdampak pada produktivitas kerjanya.
Hari Kesehatan Mental Sedunia menyerukan kepada kepada semua orang agar berperan aktif mengambil tanggung jawab bersama atas kesehatan mental di tempat kerja. Mulai dari pengusaha hingga karyawan, eksekutif hingga manajer, harus bersatu dalam mendidik diri sendiri dan bersama-sama mengenali tanda-tanda kesehatan mental yang buruk, saling mendukung sehingga dapat menciptakan tempat kerja yang lebih sehat dan lebih tangguh, di mana kesejahteraan mental menjadi prioritas bagi semua orang. Dengan demikian para tenaga kerja akan lebih produktif, terlibat aktif, dan merasa puas. Tempat kerja yang sehat secara mental akan menjadi tempat kerja yang dapat membuat setiap orang berkembang.
Sejarah Hari Kesehatan Mental Sedunia
Hari Kesehatan Mental Sedunia mulai dicetuskan pada tahun 1992, tanggal 10 Oktober, oleh Federasi Kesehatan Mental Dunia (World Federation for Mental Health) yang diprakarsai oleh Wakil Sekretaris Jenderal WFMH yaitu Richard Hunter. Pada saat itu tidak memiliki tema, tetapi opini yang disampaikan adalah menyebarluaskan pembelaan terhadap kesehatan mental secara umum. Pada tahun 1994 barulah secara khusus mengusung tema “Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Mental di Seluruh Dunia”.
Selama tiga tahun pertama sampai tahun 1995, mulai ada penyampaian pesan kepada masyarakat soal kesehatan mental lewat siaran televisi yang ditayangkan di seluruh dunia, respons positif pun diberikan oleh berbagai negara sehingga muncullah kampanye berskala nasional demi menyelesaikan permasalahan yang sama. Dan gerakan inipun didukung oleh World Health Organization (WHO) yang turut memberikan sumbangsih demi pengembangan komunikasi dan teknisnya.