Renungan: Selasa, 17 April 2018- Lapar dan Haus akan Tuhan
Written by Radio Montini on April 17, 2018
Sebagai makhluk hidup kita butuh makan dan minum agar tetap hidup. Ketika lapar dan haus datang, kita mencari makan dan minum. Ini suatu gerakan alami yang setiap hari terjadi dalam hidup kita.
Setelah makan dan minum kita merasa kenyang dan selesailah sudah panggilan alam ini. Pertanyaannya: apakah hidup kita cukup sampai pada makan dan minum? Menurut Abraham Maslow, makan minum adalah pemenuhan kebutuhan dasar tapi tahap awal. Kita perlu memenuhi kebutuhan emosional, kasih sayang, rasa aman, rasa dicintai. Kita juga butuh mengungkapkan diri dan menjadi seperti yang kita ingini. Ini yang tertinggi menurut Maslow, yakni aktualisasi diri.
Apakah hanya sampai di sini? Santo Agustinus berkata: Jiwaku haus akan Allah, dan tidak akan tenang, sebelum beristirahat dalam Allah. Dengan ungkapan ini, Santo Agustinus, sebagaimana juga penulis Mazmur, menyadari ada satu kebutuhan yang tak terpisahkan dalam hidup manusia, ialah kebutuhan jiwa kita akan Tuhan. Sebagaimana tubuh kita merasa lapar dan haus akan makan dan minum, demikian juga, jiwa kita akan terus merasa lapar dan haus akan Tuhan.
Bila lapar dan dahaga kita akan Tuhan terpuaskan, maka kita akan seimbang dalam pertumbuhan jasmani dan rohani. Puji Tuhan, Yesus mau menjadi santapan jiwa kita. Kata Yesus, Akulah roti yang turun dari surga. Barangsiapa makan roti ini, ia tidak akan lapar lagi. Dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi.
Saudaraku, mari kita terus merindukan Tuhan, makan dan minum sehidangan dengan Tuhan dalam ekaristi, dan selalu merindukan kehadirannya dan berjalan bersama Yesus. Kehadiran dan berkatNya selalu menyertai kita. Amin.